
Pohon azzam itu mulai menghasilkan buahnya yang terlihat ranum sedari kecilnya,
pohon azzam yang menjulang ke langit itu agak merunduk kini, entah apa sebab. Mungkin banyak peraturan-Nya yang terlanggar saat penanaman bibitnya, atau
sedikit tak teraturnya air yang tercurah dari langit bagi sang pohon.
pohon yang lebih tua dan terletak
tidak jauh dari pohon azzam itu pernah berbisik " semakin kita menjulang,
semakin besar daya kita kerahkan saat menahan badai, banyak-banyaklah berserah
pada-Nya"
hmm...
Sepertinya pohon azzam ini harus lebih sering di sirami hujan do'a
panjang yang meliuk ke langit dan merajuknya untuk mengalirkan sederas air yang
sejuk tuk menyegarkan nadi-nadi yang sempat kaku setelah seharian menyerap
panas mentari yang sering tak bersahabat.
Awan kelam diatas sana kadang
menawarkan seguyur penawar dahaga sesaat, namun bala yang berkepanjangan jika
sedang murka, ia bisa menghalangi pancar mentari hingga sekian lama, membuat
daun-daun muda melayu dan tak bisa memanfaatkan klorofilnya.
Teman, pohon azzam itu semakin
belajar banyak dari tiap detik yang di laluinya di alam liar ini, belajar
mengasihi burung-burung kecil yang hinggap di kerindangan daunnya, belajar bersabar
dalam tiap terpaan panas mentari yang semakin hangat di kulitnya, belajar mengikuti
alir angin semilir yang menerpa dengan lembut maupun kasar,belajar arti kata
setia menaungi ratusan semut hitam dan semut merah yang sering mengadakan pesta
di balik akarnya yang kokoh. Pohon azzam yang sejak tertanam itu berseri kini semakin memancarkan kemilau manfaatnya bagi yang lain.
hmm......
semoga tetap begitu
ananda, Februar 17th 2012