Selasa, 20 Maret 2012

" Orang Pintar "




Nabi Muhammad SAW dalam suatu kesempatan pernah bersabda, ''Siapa saja yang mendatangi `arraf (tukang tenung, dukun, peramal, dan lain-lain) dan menanyakan sesuatu kepadanya, tidak akan diterima shalatnya selama 40 hari.'' (HR Muslim).

Penggunaan sebutan 'orang pintar' bagi orang-orang yang dianggap bisa mengetahui kejadian yang telah lewat, bisa menunjukkan atau menemukan barang hilang, bisa memberitahukan hal yang gaib, meramal nasib seseorang, dan mengetahui apa yang ada dalam hati seseorang diduga merupakan terjemahan dari kata bahasa Arab, `arraf. 'Arraf merupakan turunan kata `arafa - ya`rifu yang secara kebahasaan berarti mengetahui sesuatu.

Ibn Taimiyah dalam kitabnya Al-Jami` al-Farid mengatakan, 'arraf sinonim dengan kahin dan munajjim, sehingga baginya tidak ada perbedaan arti di antara tiga sebutan itu. Dalam bahasa Indonesia, untuk ketiga kata itu sama-sama disebut 'orang pintar'. Dengan demikian, sebutan itu sudah tereduksi sedemikian rupa sehingga tidak lagi identik dengan kata yang berlawanan dengan orang bodoh.

Berkaitan dengan `arraf, kahin, dan munajjim itu, Rasulullah SAW dalam beberapa sabdanya, termasuk hadis di atas, mengingatkan umatnya agar tidak mempercayai apa yang dikatakan 'orang pintar', karena bisa menggiring seseorang kepada kekafiran.

Hadis-hadis terkait dengan hal itu, antara lain, ''Siapa saja yang mendatangi tukang tenung dan mempercayai ucapannya, sesungguhnya ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW,'' (HR Abu Daud) dan ''Siapa saja yang mendatangi tukang tenung ('arraf dan kahin) dan mempercayai ucapannya, sesungguhnya ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW.'' (HR Ahmad, Masa'i, Tirmidzi, dan Ibn Majah).

Juga, ''Bukan dari golongan kami, orang yang menentukan nasib sial dan untung berdasarkan tanda-tanda benda, burung, dan lain-lain yang bertanya dan yang menyampaikannya, atau yang bertanya kepada tukang tenung atau yang mendukuninya atau yang menyihir atau yang meminta sihir untuknya. Siapa saja yang mendatangi tukang tenung (kahin) dan membenarkan ucapannya, sesungguhnya ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW.'' (HR Al-Bazzar).

Hadis-hadis tersebut secara tegas melarang umat Islam mendatangi seorang `arraf, kahin, dan munajjim dan menanyakan sesuatu serta mempercayai apa yang diucapkannya. Jika hal itu dilakukan, Nabi Muhammad SAW, berdasarkan hadis-hadis tadi, memastikan bahwa yang bersangkutan telah kafir (ingkar) terhadap apa yang diwahyukan Allah kepada beliau.

Karena itu, untuk membentengi diri dari perbuatan yang bisa membawa kepada kekafiran tersebut, hendaklah setiap kita menghayati janji kita di awal shalat, ''Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup, dan matiku semata hanya untuk Allah Tuhan alam semesta'' (QS 6: 162), ''Tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah'' (QS 6: 163). Wallahu a'lam.

Rabu, 07 Maret 2012

Belajar dari wajah



Menarik banget kalo kita terus menerus belajar tentang fenomena apa aj yang terjadi dalam hiruk-pikuk kehidupan ini. Baik saat di perjalanan menggunakan Busway, motor, mobil, taksi, bajaj ataupun berjalan kaki.  Tidak ada salahnya kalau kita buat semacam target. Misalnya : hari ini kita belajar tentang wajah. Saya sering berbagi ilmu yang didapat dengan seseorang dengan bertanya : “ sahabatku, pelajaran apa yang bisa lo share ke gua hari ini ?” Wajah? Ya, wajah. Karena masalah wajah bukan cuma masalah cantik atawa gantengnya, tapi yang utama adalah pancaran yang tersemburat dari si pemilik wajah tersebut.

         Saat mau berangkat kekantor, sekolah, pasar atau kemanapun, tanamkan dalam hati : "Gue pengin  tau wajah yang paling menenteramkan hati itu kaya apa sii?  
Hmmm…Wajah yang paling menggelisahkan itu seperti bagaimana?" karena pastilah hari ini kita bakal ketemu dengan wajah orang per orang. Yupz, karena tiap orang pastil punya wajah. Wajah istri, suami, anak, tetangga, teman sekantor, orang di perjalanan, dan lain sebagainya.

         Subhanallaah, pasti kita bakal liat beraneka macam bentuk wajah. Dan, tiap wajah ternyata dampaknya berbeda2 buat kita. Ada yg bikin tentram, menyejukkan, ada yang menggelikan, bikin gelisah, dan ada juga yang nakutin. Lho, kok nakutin? why? Apa yang menakutkan karena bentuk hidungnya? Tentu saja tidak! Sebab ada yang hidungnya mungil tapi menenteramkan. Ada yang sorot matanya tajam menghunjam, tapi menyejukkan. Ada yang kulitnya hitam, tapi penuh wibawa.

         Pernah suatu ketika berjumpa dengan seorang ulama dari Afrika di Masjidil Haram, subhanallaah, walaupun kulitnya tidak putih, tidak kuning, tetapi ketika memandang wajahnya... sejuuuk bangett! Senyumnya begitu tulus meresap ke relung qolbu yang paling dalam. Sungguh bagai disiram air sejuk menyegarkan di pagi hari (beneraannn!!! ).  Ada pula seorang ulama yang tubuhnya mungil, dan diberi karunia kelumpuhan sejak kecil. Namanya Syekh Ahmad Yassin, pemimpin spiritual gerakan Intifadah, Palestina. Ia tidak punya daya, duduknya saja di atas kursi roda. Hanya kepalanya saja yang bergerak. Tapi, saat menatap wajahnya, terpancar kesejukan yang luar biasa.(meski belom pernah ketemu lagsung).  Padahal, beliau jauh dari ketampanan wajah sebagaimana yang dianggap rupawan dalam versi manusia. Tapi, ternyata dibalik kelumpuhannya itu beliau memendam ketenteraman batin yang begitu dahsyat, tergambar saat kita memandang sejuknya pancaran rona wajahnya.

        Nah, friends, kalo today kita berhasil nemuin struktur wajah orang yg menenteramkan, maka cari tahulah kenapa dia bisa punya wajah yang menenteramkan seperti itu. Tentulah, benar-benar kita akan menaruh hormat. Betapa senyumannya yang tulus; pancaran wajahnya, nampak ingin sekali ia membahagiakan siapapun yang menatapnya. Dan sebaliknya, bagaimana kalau kita menatap wajah lain dengan sifat yang berlawanan; (maaf, bukan bermaksud meremehkan) ada pula yang wajahnya bengis, struktur katanya ketus, sorot matanya kejam, senyumannya sinis, dan sikapnya pun tidak ramah. Begitulah, wajah-wajah dari saudara-saudara kita yang lain, yang belum mendapat ilmu; bengis dan ketus. Orang yg suka berbicara kasar juga termasuk orang yg tidak berilmu. Dan ini pun perlu kita pelajari.

        Ambillah kelebihan dari wajah yang menenteramkan, yang menyejukkan tadi menjadi bagian dari wajah kita, dan buang jauh-jauh raut wajah yang tidak ramah, tidak menenteramkan, dan yang tidak menyejukkan, karena cuman buang2 waktu aje.

        Ga ada salahnya jika kita evalusi diri di depan cermin. Tanyalah; raut seperti apakah yang ada di wajah kita ini? Memang ada diantara hamba-hamba Allah yang bibirnya di desain agak berat kebawah. Kadang-kadang menyangkanya dia kurang senyum, sinis, atau kurang ramah. Subhanallaah, bentuk seperti ini pun karunia Allah yang patut disyukuri dan bisa jadi ladang amal bagi siapapun yang memilikinya untuk berusaha senyum ramah lebih maksimal lagi.

        Buat yg merasa wajahnya manis atau punya lesung pipit, maka tinggal meningkatkan lagi kualitas senyum tersebut, yaitu untuk lebih ikhlas lagi. Karena senyum di wajah, bukan hanya persoalan menyangkut ujung bibir saja, tapi yang utama adalah, ingin tidak kita membahagiakan orang lain? Ingin tidak kita membuat di sekitar kita tercahayai? Nabi Muhammad SAW, memberikan perhatian yang luar biasa kepada setiap orang yang bertemu dengan beliau sehingga orang itu merasa puas. Kenapa puas? Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW – bila ada orang yang menyapanya – menganggap orang tersebut adalah orang yang paling utama di hadapan beliau. Sesuai kadar kemampuannya.

        Walhasil, ketika Nabi SAW berbincang dengan siapapun, maka orang yang diajak berbincang ini senantiasa menjadi curahan perhatian. Tak heran bila cara memandang, cara bersikap, ternyata menjadi atribut kemuliaan yang beliau contohkan. Dan itu ternyata berpengaruh besar terhadap sikap dan perasaan orang yang diajak bicara.

Coba dehh, kalo kita ketemu nyokap n meski wajahnya ayu, tapi kalo kita diminta nunjukkin IPK yang jeblok..wahh, bakal nakutin ga?

      Orang karena itu, marilah kita berlatih diri meneliti wajah, tentu aja bukan buat ngeremehin. Tapi, mengambil tauladan wajah yang baik, menghindari yang tidak baiknya, dan cari kuncinya kenapa sampai seperti itu? Lalu praktekkan dalam perilaku kita sehari-hari. Selain itu belajarlah untuk mengutamakan orang lain!

      Mudah-mudahan kita dapat mengutamakan orang lain di hadapan kita, walaupun hanya beberapa menit, walaupun hanya beberapa detik, Subhanallaah.***

sumber : MQ File

Berapa lama dikubur ??



Awan sedikit mendung, ketika kaki kaki kecil Yani berlari-lari gembira di atas jalanan Menyeberangi kawasan lampu merah Karet. Baju merahnya yang kebesaran melambai lambai di tiup angin. Tangan kanannya memegang es krim sambil sesekali mengangkatnya ke mulutnya untuk dicicipi, sementara tangan kirinya mencengkram ikatan sabuk celana ayahnya.

Yani dan ayahnya memasuki wilayah pemakaman umum Karet, berputar sejenak ke kanan dan kemudian duduk di atas seonggok nisan.

"Hj Rajawali binti Muhammad 19-10-1905:20-01-1965"

"Nak, ini kubur nenekmu mari kita berdo'a untuk nenekmu"

Yani melihat wajah ayahnya, lalu menirukan tangan ayahnya yang mengangkat ke atas dan ikut memejamkan mata seperti ayahnya. Ia mendengarkan ayahnya berdo'a untuk neneknya.

"Ayah, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya yah."

Ayahnya mengangguk sembari tersenyum sembari memandang pusara Ibu-nya.

"Hmm, berarti nenek sudah meninggal 36 tahun ya yah..." kata Yani berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya berhitung.

"Ya, nenekmu sudah di dalam kubur 36 tahun. "

Yani memutar kepalanya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana. Di samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut "Muhammad Zaini : 19-02-1882 : 30-01-1910"

"Hmm.. kalau yang itu sudah meninggal 91 tahun yang lalu ya yah" jarinya menunjuk nisan disamping kubur neneknya.

Sekali lagi ayahnya mengangguk. Tangannya terangkat mengelus kepala anak satu-satunya.

"Memangnya kenapa ndhuk?" kata sang ayah menatap teduh mata anaknya.

"Hmmm, ayah khan semalam bilang, bahwa kalau kita mati, lalu di kubur dan kita banyak dosanya, kita akan disiksa di neraka." Kata Yani sambil meminta persetujuan ayahnya. "Iya kan yah?"

Ayahnya tersenyum, "Lalu?"

"Iya, kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa 36 tahun dong yah di kubur? Kalau nenek banyak pahalanya, berarti sudah 36 tahun nenek senang di kubur, ya nggak yah?"

Mata Yani berbinar karena bisa menjelaskan kepada ayahnya pendapatnya. Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak keningnya berkerut, tampaknya cemas.

"Iya nak, kamu pintar," kata ayahnya pendek.

Pulang dari Pemakaman, ayah Yani tampak gelisah di atas sajadahnya, memikirkan apa yang dikatakan anaknya... 36 tahun... hingga sekarang... kalau kiamat datang 100 tahun lagi... 136 tahun disiksa... atau bahagia di kubur... Lalu ia menunduk... meneteskan air mata... Kalau ia meninggal... lalu banyak dosanya... lalu kiamat masih 1000 tahun lagi berarti ia akan disiksa 1000 tahun? Innalillaahi wa inna ilaihi rooji'un ... air matanya semakin banyak menetes... Sanggupkah ia selama itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun ke depan... kalau 2000 tahun lagi? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu ia akan disiksa di kubur .. lalu setelah dikubur? Bukankah akan lebih parah lagi? Tahankah? Padahal melihat adegan preman dipukuli massa ditelevisi kemarin ia sudah tak tahan?

Ya Allah... ia semakin menunduk... tangannya terangkat keatas... bahunya naik turun tak teratur.... air matanya semakin membanjiri jenggotnya.

Allahumma as aluka khusnul khootimah berulang kali di bacanya doa itu hingga suaranya serak... dan ia berhenti sejenak ketika terdengar batuk Yani.

Dihampirinya Yani yang tertidur di atas dipan bambu... dibetulkannya selimutnya. Yani terus tertidur ...tanpa tahu, betapa sang bapak sangat berterima kasih padanya karena telah menyadarkannya, arti Sebuah kehidupan, dan apa yang akan datang di depannya.

From milis