Rabu, 04 Juli 2012

Tangga Langit


Hari-hari belakangan ini sedikit terasa berbeda, entah kau yang mulai menyibukkan diri atau aku yang semakin giat mencari celah-celah rejeki dari-Nya, yang pada akhirnya kau anggap terasa berjarak.
Setiap orang akan menjadi pemimpin bagi orang yg di cintainya, namun jalan menjadi seorang pemimpin itu tidaklah mudah, aku, yang belum bisa memenuhi semua inginmu, menjadi apa yang kau impikan, hanya seorang manusia biasa yang harus meluangkan waktu kini yang dia miliki agar bisa bersamamu esok nanti jika di ijinkan.

Mimpi kita boleh sama, tapi jalan kita ga ada yang tau, kadang smua mimpi harus di pugar ulang jalan menujunya karena boleh jadi pelaksanaan rencana yang telah di buat tak mampu di seimbangkan dengan kemauan keras dan ketabahan yang di butuhkan untuk menggapai mimpi tersebut.

Benar, mimpi itu sudah di gantung di penjuru langit, namun tangga yang terbuat kadang masih rapuh dan limbung untuk sekadar menahan satu kaki yang sedang melangkah.
Benar juga, cinta itu di perlukan, namun cinta juga butuh porsi tertentu agar tidak memberatkan tangga tersebut, jangan hanya karena cinta berlebihan maka tangga jadi miring dan licin.   

Do’a ? tentu di perlukan dengan sangat….
namun tetap memerlukan tetes keringat untuk memudahkan perjalanan si do'a ke atas langit.

Rintangan? Keniscayaan dalam menggapai mimpi. Meski ada beberapa rintangan yang wajar dan tidak wajar, kadang. Ada rintangan yang memang tidak dpat di tembus karena kita harus memutar arah mencari jalan lain, bila stelah mencari kesagala arah tidak di temukan celah, maka berserah adalah jawabannya dan segera meminta bantuan atau menangguhkan sejenak jika masih penasaran. Mungkin saja setelah melihat rintangan itu dari jauh, kita akan lebih mengenali dan mengetahui arah mana yang myngkin untuk melibas rintangan itu dengan senyum.

Senyum ? yups, sebuah kata kerja yang mampu mempengaruhi hasil dari sebuah kerja keras dan berimbas sangat dalam di sanubari yang masih punya hati. Kala semua daya dan usaha yang baik telah di kerahkan, doa sudah sepenuh sajadah maka biarkan senyum jadi penutupnya… agar lapang saat yang lain gersang, agar tenang saat yang lain berlinang, agar kokoh saat yang lain roboh.

Kesemua itu sedang kukerjakan buat seseorang yang akan di panggil ibu oleh penerusku baik darah dagingku ataupun oleh yang ku jadikan sebagai alasan menjadi "bagai jari tengah dan jari manis di surga denganku " begitu kata baginda Nabi yang mulia.

Dulu pernah ada seorang pemuda yang memanah langit sekuat tenaga dan kemampuannya, di ujung anak panahnya terdapat sepotong kertas yang bertuliskan “aku mencintaimu” dan “ aku ingin bersamamu hingga ke akhirat”. Dengan harapan kertas itu tertancap di dinding langit yang luas, namun sekuat apapun ia berusaha hingga hilang tenaga dan asanya, tak akan tercapai, karena hanya tekad dan usaha yang tidak di pikirkan dengan baik, maka yang didapat adalah keputusasaaan. Saat tertidur karena kelelahan, sang pemuda terbangun oleh sentuhan seorang lelaki paruh baya berpakaian serba putih yang berbisik " kertasmu telah tersangkut di langit, sekarang berusahalah mewujudkan isi tulisanmu dengan berusaha, berdo’a, dan tersenyum…jika esok kau gagal, panahlah langit seperti hari ini, maka do’a tulusmu akan membimbing panahmu ke langit…."

Semoga engkau yang disana bersabar karena orang sabar di sayang pacar…, eh, di sayang Tuhan

#ngarang bebas di teras yang asri di temani burung kenari yang menari lagu sepi

Ananda, Jakarta , July 4th 2012