“ hati senang
walaupun tak punya uang…”
Begitu bunyi syair sebuah lagu
lawas, sepertinya syair lagu ini benar
adanya, di hadapan gue saat ini ada sekitar 5 orang sedang tidur bergeletakan
sehabis sholat zuhur berjama’ah di serambi sebuah mesjid yang teduh di bilangan
Jakarta.
Orang-orang bilang sepanas apapun
Jakarta, tetep aja mesjid selalu memberikan kesejukan dan keteduhan. Boleh jadi
orang2 yg bergeletakan di depan gue ini hanya memiliki sedikit uang untuk hari
itu saja, tapi Subhanallah.. raut wajah mereka begitu damai n bersyukur dengan
keadaan mereka, meski hanya tidur di emperan mesjid yang lantainya memang agak
sejuk, jauh berbeda dengan suhu jalanan yg hanya berjarak 2 meteran dari mereka
tidur, begitu panas.
Beberapa dari mereka adalah
penjual keliling, tukang ojek, kurir ,sales dan pegawai kecil lainnya. Mereka
beristirahat sejenak seusai bertarung bersama terik mentari untuk mencari
rejeki yg telah Allah hamparkan di bumi-Nya. Mereka merasa nyaman tiduran di
teras masjid tanpa takut ada tangan2 jail yg mencuri barang-barang mereka (( mungkin tidak ada benda berharga
yang di bawa selain hape sejuta umat yang murah dan hanya berfungsi sebagai
alat komunikasi bukan untuk chatting, fesbukan,
apalagi twitteran (padahal mereka juga bisa galau :p ) atau mungkin pencurinya
juga ga tega kali liat mereka ))yang mau gue share dsini adalah raut wajah
mereka begitu damai dan tenang saat tertidur, padahal banyak orang yang lebih
kaya dari orang-orang ini tidak dapat
tidur sedamai mereka, mungkin karena pikiran orang kaya itu dibebani oleh harta
yang mereka miliki. Walaupun setelah mereka terbangun dari tidur yang singkat
ini, wajah-wajah ini akan kembali berpacu dengan waktu guna menjemput rejeki
yang telah Allah hamparkan di bumi-Nya yang luas.
Banyak orang kaya merasa iri
melihat orang-orang ini mampu memejamkan mata di tempat umum dengan santainya
tanpa takut gadget terbaru atau dompet dengan brand internasional beserta
isinya nyelonong ga permisi dari sakunya.Seorang dari mereka menghampiri gue
dan berkata bahwa ia bersyukur dengan rejeki
yang Allah titipkan buat mereka setiap hari, yang penting bisa makan,
kasih nafkah buat keluarga sederhana tercinta, tidur sejenak namun damai, dan
yang terpenting sholatnya dapat di jaga dengan baik.
Gue Cuma bisa senyum dan
mengiyakan kalimatnya tadi. Gue pun teringat beberapa bait kalimat yang berisi
: “ tiap orang membutuhkan 3 hal yang akan membuat mereka bahagia di dunia ini,
yaitu seseorang untuk di cintai, sesuatu untuk di harapkan, dan sesuatu untuk
di lakukan ( pekerjaan)” . imajinasi gue
pun mencoba menghubungkan apa yang
terhampar di depan mata dan bait bijak ini.
Bahwa orang-orang ini telah memiliki seseorang atau beberapa orang yang
mereka cintai dalam hidup ini yang membuat mereka gigih mencari rejeki, mereka memiliki
pekerjaan yang mereka lakukan meski mungkin belum mampu mewujudkan semua ingin
mereka, dan mereka mempunyai harapan bagi anak-anak mereka kelak agar hidupnya
lebih baik dari para ayahnya meski di akhir hayat mereka tidak mampu memberi
warisan berupa harta, hanya berupa wasiat untuk tetap menjaga waktu-waktu sholat agar tidak
selamanya miskin, sudah tidak kaya di dunia, maka harus kaya dan bahagia di
akhirat.
Meskipun mimpi gue mungkin jauh lebih besar di banding orang-orang ini,
dan kerja keras yang harus gue lakuin mungkin lebih berat dari mereka, gue
harus jadi orang kaya biar bisa memberi
dan membantu orang lain lebih banyak, tapi boleh jadi di hari akhir
kelak, mereka akan lebih di permudah jalannya karena mereka tetep jaga waktu
sholat mereka.
-
Dari Umar r.a.,
katanya: “Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:"Andaikata engkau
sekalian itu suka bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal,
niscayalah Dia akan memberikan rezeki padamu sekalian sebagaimana Dia
memberikan rezeki kepada burung. Pagi-pagi burung-burung berperut kosong dan
sore-sore kembali dengan perut penuh berisi “. (Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis
hasan).
-
Barang siapa pada pagi hari aman dalam
kelompoknya,sehat tubuhnya, memiliki pangan seharinya, maka dia seolah-olah
memperoleh dunia dengan segala isinya. (HR:
Attirmidzi)
Sebuah pelajaran yang berharga banget buat lo semua, terutama gue.
Ananda, Johar,
Jakarta , April 4th 2012